Thursday, February 15, 2007

Saat-saat Penuh Rahmat

Bagai kerontangnya bumi karena kemarau panjang, sebagian manusia
Indonesia kini sedang dahaga rohani, lebih dari sekadar formalitas
ritualagama. Kekecewaan kita dengan amat jelas menunjukkan ada
sesuatu yangharus dibenahi sehubungan dengan fondasi hidup kita.
Penderitaan dengan jelas menyingkapkan bahwa ada yang melenceng
dari persepsi kita terhadap hakikat hidup.


Di tengah kemelut ketidakpuasan, hasutan, kerusuhan, penghancuran,
kejahatan, kita merasa semakin takut. Mulai dari rasa takut kehilangan
pekerjaan - yang berarti hilang penghasilan - sampai rasa takut
pada kematian. Di sisi lain, tangan kita mungkin bersih dari tindak
perusakan atau pembunuhan, tetapi toh terselip keberingasan dan
kebencian di dalam hati yang selalu kita sembunyikan di balik
"topeng" kepalsuan.

Stop segala kegilaan ini! Mari kita peluk kegilaan lain: gila
cinta kasih. Susuri kembali jalanNya karena Dialah sumber
kesembuhan bagisegala kegalauan rohani kita itu.

Memang, warna hidup senantiasa tergantung pada rona "kacamata"
yang kita pasang. "Kacamata" kelabu mengubah segala sesuatu
tampak serbakelabu. Hidup pun tertatap suram. "Kacamata"
bening menjadikan segala sesuatu tampak serbacerah. Hidup
pun terpantul indah.

"Kacamata" buruk sangka dan kebencian menjerumuskan kita ke
dalam hidup penuh rasa dendam dan curiga. "Kacamata" kedamaian
akan membimbing kita ke dalam hidup penuh kedamaian.

Hidup tentu menjadi baik kalau dipandang dari sudut yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri, berpikir baik tentang orang
lain, berpikir baik tentang keadaan, berpikir baik tentang Tuhan.
Berpikir baik niscaya berbuah baik. Relasi antaranggota keluarga
dipenuhi kehangatan. Relasi antarkawan diwarnai rasa saling
percaya. Relasi antartetangga dijalini keakraban. Pekerjaan
menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah.

Kesadaran akan semua itu pastilah harus ditumbuhkan, berbareng
niat yang bulat untuk mewujudkannya. Memperkuat diri dengan
keimanan dan hati nurani, itulah jalan penuh rahmat.
Bercakap-cakaplah dengan Tuhan berdua. Setelah itu, ajaklah
teman. Sertakan pula "musuh" untuk ikut bercengkerama bersama
denganNya. Lalu, baurkan diri dengan kenyataan. Hadapi angkara
murka dengan pelukan persahabatan. Ringankan hati untuk
memaafkan kekhilafan. Setelah itu mudah-mudahan kita semua
terbebas dari segala kegilaan ini. Semoga Tuhan selalu
bersama kita (SB-intisari)

No comments: