Showing posts with label RENUNGAN. Show all posts
Showing posts with label RENUNGAN. Show all posts

Friday, February 6, 2009

Hal-Hal Dalam Sebuah Pikiran.

Hal-hal kecil? Adakah hal-hal kecil itu? Sekuntum bunga Edelweis yang tumbuh di lereng gunung mungkin hal kecil yang remeh bagi penduduk sekitar. Namun tidak bagi pendaki yang
memetik dan memajangnya di meja sebagai cendera kebesaran petualangannya yang gagah berani. Dan hal-hal besar? Adakah hal-hal besar itu? Persoalan patah hati bagi seorang gadis mungkin hal terberat yang membuatnya hilang kesadaran. Namun tidak bagi pasangan yang telah menempuh perjalanan hidup yang panjang berliku. Seberapa besarkah hal kecil? Dan, seberapa kecilkah hal besar? Di manakah letak alat ukur nilai besar dan kecil?

Semua itu berada dalam alam pikiran anda. Besar, kecil, penting, atau sepelenya suatu hal sebanding dengan seberapa besar dan kecilnya "ke-aku-an" anda memandang. Apa yang ada di hadapan ini melintas apa adanya. Bila anda melihatnya secara apa adanya, maka tak perlu ada kecemasan, ketakutan atau bahkan keinginan untuk sebuah kehormatan.

Saturday, April 14, 2007

Hidup itu cuma sekadar minum

URIP iku mung sak dermo ngombe. Hidup itu cuma sekadar minum. Amat
sangat singkat. Ibarat air baru membasahi tenggorokan, eh, sudah
selesai. Tamat. Berulang kali Ayah dan Nenek mengingatkan saya. "Hati-
hati Le, urip iku mung sak watoro, cuma sebentar,'' kata Nenek, penuh
kasih.

Sebagai manusia, diingatkan agar tidak drengki atau iri melihat
keberuntungan orang lain. Sebab, kemampuan, kodrat, keadaan, dan
keberadaan masing-masing orang itu berbeda. Ada lagi watak dahwen
atau senang mencela orang lain, atau panasten alias senang
menghalangi sukses orang lain. Hindari pula sifat angrong prasanakan,
suka mengganggu istri orang.

Dalam pupuh durma disebutkan, jangan terlalu banyak makan dan tidur,
agar bisa mengurangi nafsu yang menyala-nyala. Kebenaran, kesalahan,
keburukan, kebaikan, dan keberuntungan itu berasal dari perilaku kita
sendiri. Untuk itu, tak usah memuji diri sendiri, dan jangan suka
mencela orang lain. Ajining diri saka obahing lathi, seseorang itu
dihargai karena ucapannya.

Dalam pupuh pucung diceritakan tentang pertengkaran sesama saudara
yang bisa membawa sial. Harus rukun. Juga adil. Hargai dan pujilah --
namun jangan berlebihan-- siapa saja yang rajin bekerja dan
berprestasi. Sebaliknya, yang malas-malasan harus diingatkan, sebab
kemalasan itu akan membawa nasib lebih buruk.

Di pupuh mijil diungkapkan, kita harus berwatak kesatria, berani
bertanggung jawab atas semua perbuatan. Tapi, sikap itu tak perlu
ditonjol-tonjolkan. Yang penting, malu berlaku curang. Nah,
pembangunan yang mengesampingkan dimensi budaya tersebut akan membawa
masyarakat pada tiga kesalahpahaman umum, ''Yakni, tidak mengetahui,
salah asumsi, dan salah penerapan.''

Pada serat Wedhatama, karya Raja Surakarta, Sri Mangkunegara IV (1809-
1881), ditekankan bahwa manusia itu harus punya rasa pangrasa, punya
kepekaan, tidak masa bodoh terhadap lingkungan. Biasanya, orang yang
kurang peka itu egoistis. Kesadarannya untuk berbuat baik tidak
berkembang, dan malah makin brengsek.
Nenek tak ingin jiwa dan pikiran saya liar hingga kejeblos ke alam
duniawi saja. Ia berharap saya mengutamakan ketenteraman jiwa dan
hati. Bukan jiwa yang gelisah, gaduh menyesakkan, yang diburu oleh
dosa.

Saturday, March 17, 2007

Ketika aku meminta sedikit

Sahabat-sahabat, ketika usiaku 25 tahun, aku sudah memiliki niat untuk menikah, meskipun hanya sekedar niat, tanpa keilmuan yang cukup. Karena itu, aku meminta jodoh kepada Allah dengan banyak kriteria. Dan Allah-pun belum mengabulkan niatku.

Ketika usiaku 30 tahun, semua orang-orang yang ada di sekelilingku, terutama orang tuaku, mulai bertanya pada diriku dan bertanya-tanya pada diri mereka sendiri. Maukah aku segera menikah atau mampukah aku menikah? Dalam doaku, aku kurangi permintaanku tentang jodoh kepada Allah. Rupanya masih terlalu banyak. Dan Allah-pun belum mengabulkan niatku.

Ketika usiaku 35 tahun, aku bertekad, bagaimanapun caranya, aku harus menikah. Saat itulah, aku menyadari, terlalu banyak yang aku minta kepada Allah soal jodoh yang aku inginkan. Mulailah aku mengurangi kriteria yang selama ini menghambat niatku untuk segera menikah, dengan bercermin pada diriku sendiri.

Ketika aku minta yang cantik, aku berpikir sudah tampankah aku?
Ketika aku minta yang cukup harta, aku berpikir sudah cukupkah hartaku?
Ketika aku minta yang baik, aku berpikir sudah cukup baikkah diriku?
Bahkan ketika aku minta yang solehah, bergetar seluruh tubuhku sambil berpikir keras di hadapan cermin, sudah solehkah aku?

Ketika aku meminta sedikit..... Ya Allah, berikan aku jodoh yang sehat jasmani dan rohani dan mau menerima aku apa adanya, masih belum ada tanda-tanda Allah akan mengabulkan niatku.

Dan ketika aku meminta sedikit...sedikit. ..sedikit. ..lebih sedikit..... Ya Allah, siapapun wanita
yang langsung menerima ajakanku untuk menikah tanpa banyak bertanya, berarti dia jodohku. Dan Allahpun mulai menujukkan tanda-tanda akan mengabulkan niatku untuk segera menikah. Semua urusan begitu cepat dan mudah aku laksanakan. Alhamdulillah, ketika aku meminta sedikit, Allah memberi jauh lebih banyak. Kini, aku menjadi suami dari seorang istri yang melahirkan dua orang anakku.

Sahabatku, 10 tahun harus aku lewati dengan sia-sia hanya karena permintaanku yang terlalu banyak. Aku yakin, sahabat-sahabat jauh lebih mampu dan lebih baik daripada yang suadh aku jalani. Aku yakin, sahabat-sahabat tidak perlu waktu 10 tahun untuk mengurangi kriteria soal jodoh. Harus lebih cepat!!! Terus berjuang saudaraku, semoga Allah merahmati dan meridhoi kita semua. Amin.

Rico Atmaka
Koordinator Majelis Sehati
Daarut Tauhiid Jakarta

Friday, March 16, 2007

Percakapan yang Membebaskan

Manusia, dari tingkatan permukaan sampai ke tingkatan hati
dan jiwa, memang pernah ditelusuri banyak sekali ilmuwan.
Dari psikolog Sigmund Freud, Carl Jung, ke sosiolog Max
Weber, Anthony Giddens, sampai dengan fisikawan seperti
Frijof Capra. Deretan ilmuwan ini tentu amat membantu
pemahaman kemudian. Tidak saja di zaman mereka hidup,
bahkan melebar ke waktu-waktu sesudahnya.

Kedalaman hasilnya, memang amat tergantung pada ketekunan
seseorang dalam mencari dan menggali. Dan seniman, lengkap
dengan kelebihan maupun kekurangannya, melalui
bahasa-bahasa metaforanya sedang ?bercakap-cakap? dengan
dirinya sendiri. Dan pembaca serta pendengarnya pun
?bercakap-cakap? dengan dirinya sendiri.

Yang layak direnungkan, melalui tangan-tangan seniman yang
percakapan ke dalamnya mengagumkan sebagaimana penulis
novel ?Biola Tak Berdawai,? kita seperti diajak menyelam
dalam ke kedalaman kita masing-masing. Coba perhatikan
salah satu kalimat menyentuh novel indah ini ketika
mencoba menjelaskan kehidupan anak-anak tuna daksa
(melebihi dari satu cacat ? demikian salah satu keterangan
kecil novel ini): ?kami tidak sempurna bagi yang
membandingkan ketubuhan kami dengan ketubuhan mereka,
tetapi kami bertubuh sempurna dalam keberadaan kami
sendiri?.

Bagi pikiran yang dipenuhi kepintaran, dan hanya bisa
berjalan serta bergerak jika ada pembandingan,
penggambaran kesempurnaan seperti ini tentu saja
menghentak. Kesempurnaan, ternyata ada di luar
pembandingan. Ini menerangkan sekaligus membebaskan.
Berbeda sekali dengan keseharian sejumlah sahabat. Di mana
kesempurnaan menjadi sangat dan teramat langka, karena
penuh pembandingan sekaligus penghakiman.

Jangankan anak-anak cacat, istri, suami, atasan, bawahan,
orang tua, tetangga, pemerintah, anggota legislatif,
anggota yudikatif, semuanya terlihat jauh dari sempurna
karena dibandingkan. Lebih-lebih kalau pembandingan ini
dibumbui penghakiman. Tidak saja yang dibandingkan dan
dihakimi yang terlihat kurang sempurna, pihak yang
membandingkan dan menghakimi juga bergerak ke tataran yang
semakin tidak sempurna.Kata ?lebih?, entah lebih baik atau
lebih buruk, memang tidak sekadar jembatan pemahaman. Ia
juga serangkaian penghakiman yang bisa membebaskan atau
menakutkan.

Bukankah perang, konflik, teror, perceraian dan sejenisnya
lahir dari manusia yang merasa diri lebih benar? Adakah
yang merasakan kesombongan demikian berkuasanya di dalam
ketika manusia menyebut diri lebih baik? Adakah yang
melihat kalau minder dan tidak percaya diri sudah merampok
demikian sadisnya ketika manusia menyebut dirinya lebih
buruk?

Bagi siapa saja yang tekun dalam perjalanan percakapan
yang membebaskan, setiap pemberhentian sementara diikuti
oleh perjalanan pertanyaan berikutnya. Hati yang mana?
Keinderaan yang mana? Hati yang diselami kata-kata atau
hati yang diselami cinta keseharian? Keinderaan yang
mendengar ke luar atau keinderaan yang mendengar ke dalam?
Hati yang memancar melalui hafalan atau pemujaan?
Keinderaan yang tumbuh melalui daging atau yang tumbuh
oleh keindahan?

Ah, maafkanlah percakapan! Dari satu sisi, ia memang
seperti menambah kebingungan melalui
pertanyaan-pertanyaannya. Di lain sisi, ia juga yang
memberi energi perjalanan pemahaman sekaligus membebaskan.
Terutama, melalui sifatnya yang senantiasa terbuka.

- Gede Prama (sinarharapan) -

Monday, March 12, 2007

Gratis Sepanjang Masa

Suatu sore,
seorang anak menghampiri ibunya di dapur
Ia menyerahkan selembar kertas yang telah
ditulisinya.
Setelah sang ibu mengeringkan tangannya
dengan celemek Ia pun membaca tulisan itu
dan inilah isinya:


Untuk memotong rumput 2 Dinar
Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini 1 Dinar
Untuk pergi ke toko disuruh ibu 1/2 Dinar
Untuk menjaga adik waktu ibu belanja 1/2 Dinar
Untuk membuang sampah 1 Dinar
Untuk nilai yang bagus 3 Dinar
Untuk membersihkan dan menyapu halaman 1/2 Dinar
Jadi jumlah utang ibu adalah 8 1/2 Dinar

Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap
Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu
Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya
Dan inilah yang ia tuliskan:

Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis
Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis
Mengobati kamu dan mendoakan kamu, gratis
Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis
Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis
Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis
Anakku... dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS

Seusai membaca apa yang ditulis ibunya
Sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya
Dan berkata: "Bu, aku sayang sekali sama ibu"
Kemudian ia mengambil pulpen
Dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar: "LUNAS"

(MaPI No. 05 Th. IV Mei 2003)

Saturday, March 10, 2007

Cinta...

Cinta...

Tuhan...
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir

Tuhan...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi

Tuhan...
Jika aku hendak mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang mencintai-Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu

Tuhan...
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Tuhan...
Ketika aku berucap aku cinta padamu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karena-Mu

Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh Sang Pencinta adalah segalanya

(MaPI No. 10 Th. IV Oktober 2003)

Friday, March 2, 2007

Cinta Dan Waktu

Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam
benda-benda abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan
sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan air laut tiba-tiba naik
dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat
berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak
mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari
pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta.

"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan
harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini
tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini."

Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.
Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat
dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta.
Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu
sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik.
Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!",
teriak Cinta.

"Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut.
Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak.
Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,"
kata Cinta.

"Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..."
kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan
menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara,
"Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!"

Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan
perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air
menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan
Cinta dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui
siapa orang tua yang menyelamatkannya itu.
Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu,
siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya.
Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku"
tanya Cinta heran.

"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai
sesungguhnya dari Cinta itu ..." (suaramerdeka)

Lakukanlah Yang Terbaik Untuk Dunia

Manusia kadang berlaku tidak wajar
tak masuk akal dan egois
Namun, cintailah mereka

Jika kau berbuat kebaikan
motif dan ambisimu akan turut dipertanyakan
Namun, lakukanlah kebaikan

Jika kau meraih kesuksesan
teman palsu dan musuh sejatilah yang kau dapatkan
Namun, raihlan kesuksesan

Kebaikan yang kau lakukan hari ini
akan dilupakan esok hari
Namun, berbuatlah

Kejujuran dan keterusterangan
kadang membuatmu mudah diperolok
Namun, jujur dan berterusteranglah

Manusia kadang berpura-pura lemah
dan menjadi pengekor mereka yang sukses
Namun, berjuanglah bagi mereka yang lemah

Apa yang kau bangun bertahun-tahun
bisa jadi hancur dalam sekejap
Namun, teruslah berkarya

Manusia yang memang butuh pertolongan
mungkin malah menyerangmu jika kau bantu
Namun, bantulah mereka

Lakukan yang terbaik untuk dunia


"Puisi Karya Kashif Majeed & Ali Asad Hemani, diterjemahkan oleh Agung"
(MaPI No. 10 Tahun II Oktober 2001)

Tuesday, February 27, 2007

Jika Nabi Muhammad Datang ke Rumahmu...

Jika Nabi Muhammad datang ke rumahmu,
Untuk meluangkan waktu sehari dua hari bersamamu,
Tanpa kabar apa-apa sebelumnya,
Apakah yang akan kau lakukan untuknya?

Akankah kau sembunyikan buku duniamu,
Lalu kau keluarkan dengan cepat kitab hadits di rak buku?
Atau akankah kau sembunyikan majalah-majalahmu,
Dan kau hiasi mejamu dengan Qur'an yang telah berdebu?
Akankah kau masih melihat film X di TV,
Atau dengan cepat kau matikan sebelum dilihat Nabi?
Maukan kau mengajak Nabi berkunjung ke tempat yang biasa kau datangi,
Ataukah dengan cepat rencanamu kau ganti?
Akankah kau bahagia jika Nabi memperpanjang kunjungannya,
Atau kau malah tersiksa karena banyak yang harus kau sembunyikan darinya?

Jika Nabi Muhammad tiba-tiba ingin menyaksikan,
Akankah kau tetap mengerjakan pekerjaan yang sehari-hari biasa kau lakukan?
Akankah kau berkata-kata seperti apa yang sehari-hari kau katakan?
Akankah kau jalankan sewajarnya hidupmu seperti halnya jika Nabi tidak
kerumahmu?

Sangatlah menarik untuk tahu
Apa yang akan kau lakukan
Jika Nabi Muhammad datang, mengetuk pintu rumahmu.

(MaPI No. 1 Tahun II Januari 2001)

Letak Kecantikan Wanita

Untuk membentuk bibir yang menawan, ucapkanlah
kata-kata kebaikan. Untuk mendapatkan mata yang indah,
carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.
Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing,
bagikanlah makanan dengan mereka yang kelaparan.
Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintalah seorang
anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.
Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah,
berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan anda tidak akan pernah
berjalan sendirian.

Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain. Perlu senantiasa berubah,
diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni. Jadi, jangan pernah kecilkan
seseorang dari hati anda. Apabila anda sudah melakukan semuanya itu,
ingatlah senantiasa. Jika suatu ketika anda memerlukan pertolongan, akan
senantiasa ada tangan terulur. Dan dengan bertambahnya usia anda, anda akan
semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, satu untuk menolong diri anda
sendiri dan satu lagi untuk menolong orang lain.

Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada
bentuk tubuh, atau cara dia menyisir rambutnya. Kecantikan wanita terdapat
pada mata, cara dia memandang dunia. Karena di matanya terletak gerbang
menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.

Kecantikan wanita bukan pada kehalusan wajah. Tetapi pada kecantikan yang
murni, terpancar pada jiwanya, yang dengan penuh kasih memberikan perhatian
dan cinta dia berikan. Dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.

Doa Seorang Prajurit Bagi Puteranya

Tuhanku, bentuklah puteraku menjadi manusia
yang cukup kuat untuk menyadari manakala ia
lemah. Dan cukup berani untuk menghadapi
dirinya sendiri manakala ia takut. Manusia yang
memiliki rasa bangga dan keteguhan dalam
kekalahan, rendah hati dan jujur dalam
kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi seorang yang kuat
dan mengerti, bahwa mengetahui serta mengenal
diri sendiri adalah dasar dari segala ilmu yang benar.

Tuhanku, janganlah puteraku Kau bimbing pada jalan yan mudah dan lunak.
Biarlah Kau bawa dia ke dalam gelombang dan desak kesulitan tantangan
hidup. Bimbinglah puteraku, supaya dia mampu tegak berdiri di tengah
badai, serta berwelas asih kepada mereka yang jatuh.

Bentuklah puteraku, menjadi manusia berhati bening dengan cita-cita
setinggi langit. Seorang manusia yang sanggup memimpin dirinya sendiri,
sebelum memimpin orang lain.

Seorang manusia yang mampu meraih hari depan tapi tak melupakan masa
lampau. Dan setelah segala menjadi miliknya semoga puteraku dilengkapi
hati yang ringan untuk bergembira serta selalu bersungguh- sungguh
namun jangan sekali-kali berlebihan.

Berikan kepadanya kerendahan hati, kesederhanaan dan keagungan yang
hakiki, pikiran cerah dan terbuka bagi sumber kearifandan kelembutan
dari kekuatan yang sebenarnya sehingga aku, orang tuanya, akan berani
berkata: "hidupku tidaklah sia-sia"

Douglas Mac Arthur - ditulis pada masa-masa paling sulit diawal perang
Pasific.

Cangkir yang Cantik

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di
sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah
buat cucu mereka. Kemudian mata mereka
tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik.
"Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada
suaminya. "Kau benar, inilah cangkir
tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud
berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku
dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi,
aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna.
Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar
aku ke sebuah roda berputar.

Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing.
Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum !"
lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang.
Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa
menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku
ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup !
Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum !"

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai
dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah
dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai
mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.

Wanita itu berkata "belum !" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria
dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari
sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku
berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.
Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan
menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali.
Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir
yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi
sirna tatkala kulihat diriku.

Renungan :

Seperti inilah Tuhan membentuk kita. Pada saat Tuhan membentuk kita,
tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata.
Tetapi inilah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya
menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan-Nya.

"Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam
berbagai pencobaan, sebab Anda tahu bahwa ujian terhadap kita
menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya
Anda menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun."

Apabila Anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati,
karena Dia sedang membentuk Anda. Bentukan-bentukan ini memang
menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, Anda akan melihat
betapa cantiknya Tuhan membentuk Anda.

Anda Dan Sang Pencipta

Orang sering sulit dimengerti, tidak pikir panjang dan selalu
memikirkandiri sendiri,namun demikian ... ampunilah mereka.

Bila anda baik hati, orang mungkin menuduh anda egois, atau
punya mau, namun demikian ... tetaplah berbuat baik.

Bila anda sukses, anda akan menemui teman-teman yang tidak
bersahabat, dan musuh-musuh sejati anda, namun demikian ...
teruskan kesuksesan anda.

Bila anda jujur dan tulus hati, orang mungkin akan menipu anda;
namun demikian ... tetaplah jujur dan tulus hati.

Hasil karya anda selama bertahun-tahun dapat dihancurkan orang
dalamsemalam; namun demikian ... tetaplah berkarya.

Bila anda menemukan ketenangan dan kebahagiaan, mungkin ada
yang iri; namun demikian ... syukurilah kebahagiaan anda.

Kebaikan anda hari ini gampang sering dilupakan orang;
namun demikian ... teruslah berbuat kebaikan.

Berikanlah yang terbaik dari anda dan itu pun tidak akan
pernah memuaskanorang, namun demikian... tetaplah memberi
yang terbaik.

Pada akhirnya ....

Perkaranya adalah antara anda dan Sang Pencipta....
dan bukan antara anda dan mereka.

Beginilah Jika Bersaudara

Dua orang bersaudara bekerja bersama menggarap
ladang milik keluarga mereka.
Yang seorang, si kakak, telah menikah, dan memiliki
keluarga yang cukup besar. Si adik masih lajang,
dan berencana tidak menikah.


Ketika musim panen tiba, mereka selalu membagi hasil sama rata.
Selalu begitu.

Pada suatu hari, si adik yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil
jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih
lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Maka, demi si kakak, setiap
malam, dia akan mengambil sekarung padi miliknya, dan dengan diam-
diam, meletakkan karung itu di lumbung milik kakaknya. Sekarung itu
ia anggap cukuplah untuk mengurangi beban si kakak dan keluarganya.

Sementara itu, si kakak yang telah menikah pun merasa gelisah akan
nasib adiknya. Ia berpikir, "Tidak adil jika kami selalu membagi rata
semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang
akan mampu merawatku kelak ketika tua. Sedangkan adikku, tak punya
siapa-siapa, tak akan ada yang peduli jika nanti dia tua dan miskin.
Ia berhak mendapatkan hasil lebih daripada aku."

Karena itu, setiap malam, secara diam-diam, ia pun mengambil sekarung
padi dari lumbungnya, dan memasukkan ke lumbung mulik adik satu-
satunya itu. Ia berharap, satu karung itu dapatlah mengurangi beban
adiknya, kelak.

Begitulah, selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu saling
menyimpan rahasia. Sementara padi di lumbung keduanya tak pernah
berubah jumlah. Sampai..., suatu malam, keduanya bertemu, ketika
sedang memindahkan satu karung ke maring-masing lumbung saudaranya.
Di saat itulah mereka sadar, dan saling menangis, berpelukan. Mereka
tahu, dalam diam, ada cinta yang sangat dalam yang selama ini menjaga
persaudaraan mereka. Ada harta, yang justru menjadi perekat cinta,
bukan perusak. Demikianlah jika bersaudara.

Raihlah Dengan Seluruh Yang Anda Miliki

Meraih sesuatu bukanlah hal yang terbatas pada pekerjaan
tangan. Bila anda mau meraih dengan seluruh yang anda miliki,
tidak ada hal yang tidak tercapai.

Railah dengan kaki. Bila sesuatu saat ini tidak tergapai,
bergeraklah, hingga hal itu dalam jangkauan. Bergeraklah
menuju tujuan, ketimbang menunggu tujuan anda bergerak
kepada anda.

Raihlah dengan pikiran. Visualisasikan tujuan anda. Lihatlah
dengan jelas dalam pikiran anda, dan anda akan mulai bisa
menggapai. Gunakan daya pikir anda untuk mengembangkan
rencana realistis dan perencanaan tindakan.

Raihlah dengan imajinasi. Jadilah kreatif dalam menggapai.
Selalu ada banyak cara dalam mencapai tiap tujuan. Gunakan
imajinasi anda untuk bekerja dan mengembangkan segala peluang.
Bila satu jalur terhalang, bayangkan selusin alternatif dan
ikuti yang paling berpeluang.

Raihlah dengan semangat. Rasakan kegembiraan pada setiap
saat kehidupan dan anda akan mengembangkan dalam diri sendiri,
kesadaran akan pemenuhan. Sedemikian banyak hal yang bisa
anda raih bila anda secara tulus bersyukur atas hal-hal
yang telah anda miliki.

Empat Isteri

Berbuatlah yang terbaik dalam hidupmu selama kamu masih
di dunia...


Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4 isteri.
Dia mencintai isteri ke-4 dan menganugerahinya harta dan kesenangan,
sebab ia yang tercantik di antara semua isterinya.

Pria ini juga mencintai isterinya yang ke-3. ia sangat bangga
dengan sang isteri dan selalu berusaha untuk memperkenalkan wanita
cantik ini kepada semua temannya. Namun ia juga selalu kuatir kalau
isterinya ini lari dengan pria lain. Begitu juga dengan isteri ke-2.
Sang pedagang sangat menyukainya karena ia isteri yang sabar dan
penuh pengertian.

Kapan pun pedagang mendapat masalah, ia selalu minta pertimbangan
isteri ke-2-nya ini, yang selalu menolong dan mendampingi sang
suami melewati masa-masa sulit.

Sama halnya dengan isteri pertama. Ia adalah pasangan yang sangat
setia dan selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarganya.
Wanita ini yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan bisnis
sang suami.

Akan tetapi, sang pedagang kurang mencintainya meski isteri
pertama ini begitu sayang kepadanya. Suatu hari si pedagang sakit
dan menyadari bahwa ia akan segera meninggal. Ia meresapi semua
kehidupan indahnya dan berkata dalam hati, "Saat ini aku punya
4 isteri. Namun saat aku meninggal, aku akan sendiri. Betapa
menyedihkan."

ISTERI KE-4: NO WAY
Lalu pedagang itu memanggil semua isterinya dan bertanya pada
isteri ke-4-nya. "Engkaulah yang paling kucintai, kuberikan kau
gaun dan perhiasan indah. Nah, sekarang aku akan mati. Maukah
kamu mendampingi dan menemaniku?" Ia terdiam.... tentu saja
tidak! Jawab isteri ke-4 dan pergi begitu saja tanpa berkata
apa2 lagi. Jawaban ini sangat menyakitkan hati. Seakan2 ada
pisau terhunus dan mengiris- iris hatinya.

ISTERI KE-3: MENIKAH LAGI
Pedagang itu sedih lalu bertanya pada isteri ke-3. "Aku pun
mencintaimu sepenuh hati dan saat ini hidupku akan berakhir.
Maukah kau ikut denganku dan menemani akhir hayatku?"
Isterinya menjawab, "hidup begitu indah di sini, Aku akan menikah lagi
jika kau mati". Bagai disambar petir di siang bolong, sang
pedagang sangat terpukul dengan jawaban tsb. Badannya terasa
demam.

ISTERI KE-2: SAMPAI LIANG KUBUR
Kemudian ia memanggil isteri ke-2. "Aku selalu berpaling kepadamu
setiap kali aku mendapat masalah dan kau selalu membantuku sepenuh
hati. Kini aku butuh sekali bantuanmu. Kalau aku mati, maukah
engkau mendampingiku?" Jawab sang isteri, "Maafkan aku kali ini
aku tak bisa menolongmu. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke
liang kubur. Nantiakan kubuatkan makam yang indah untukmu."

ISTERI KE-1: SETIA BERSAMA SUAMI
Pedagang ini merasa putus asa. Dalam kondisi kecewa itu, tiba-
tiba terdengar suara, "Aku akan tinggal bersamamu dan menemanimu
kemana pun kau pergi.
Aku tak akan meninggalkanmu, aku akan setia bersamamu. Pria itu
lalu menoleh ke samping, dan mendapati isteri pertamanya di
sana. Ia tampak begitu kurus. Badannya seperti orang kelaparan.
Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja aku
bisa merawatmu lebih baik saat aku mampu, tak akan kubiarkan
engkau kurus seperti ini, isteriku."

HIDUP KITA DIWARNAI 4 ISTERI
Sesungguhnya, kita punya 4 isteri dalam hidup ini. Isteri ke-4
adalah TUBUH kita. Seberapa banyak waktu dan biaya yang kita
keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan gagah. Semua ini
akan hilang dalam suatu batas waktu dan ruang. Tak ada keindahan
dan kegagahan yang tersisa saat kita menghadap kepada-Nya.

Isteri ke-3, STATUS SOSIAL DAN KEKAYAAN. Saat kita meninggal,
semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan berpindah dan
melupakan kita yang pernah memilikinya. Sebesar apapun kedudukan
kita dalam masyarakat dan sebanyak apapun harta kita, semua itu
akan berpindah tangan dalam waktu sekejap ketika kita tiada.

Sedangkan isteri ke-2, yakni KERABAT DAN TEMAN. Seberapa pun dekat
hubungankita dengan mereka, kita tak akan bisa terus bersama mereka.
Hanya sampai liang kuburlah mereka menemani kita. Dan sesungguhnya
isteri pertama kita adalah JIWA DAN AMAL KITA. Sebenarnya hanya
jiwa dan amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia mendampingi
kemana pun kita melangkah. Hanya amallah yang mampu menolong kita
di akhirat kelak.

Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa kita dengan bijak serta
jangan pernah malu untuk berbuat amal, memberikan pertolongan
kepada sesama yang membutuhkan. Betapa pun kecilnya bantuan kita,
pemberian kita menjadi sangat berarti bagi mereka yang memerlukannya.

Mari kita belajar memperlakukan jiwa dan amal kita dengan bijak.

Pikiran Yang Membelenggu

Hampir seluruh persoalan hidup bermula dari ketidakmauan
kita menerima hidup ini apa adanya. Kita tak mampu berkompromi
pada kenyataan. Kita tak sudi melepaskan kacamata paradigma
dan melihat realitas secara sederhana. Kita lebih suka
bermain-main dengan persepsi. Kita lebih senang berlindung
membenarkan pikiran diri sendiri. Padahal itu adalah bentuk
lain dari belenggu sehari-hari.

Mari, sejenak kita pejamkan mata. Menemukan kesejukan pikiran.
Menggali ketentraman perasaan. Menyentuh jiwa yang tenang.
Menekuri setiap tarikan nafas. Menyadari keberadaan kita di
bumi ini. Meneguhkan kembali ikrar kita pada semesta yang
agung; ikrar untuk mencurahkan yang terbaik bagi hidup ini,
dan membiarkan tangan-tanganNya menuntun setiap gerak kita
sehari-hari.

Sunday, February 25, 2007

Jangan Melihat Ke Belakang

Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di
abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi
ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.

Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin
mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan
lagunya. Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang
lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi
dia tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya
memiliki satu senar dan tetap bermain, mereka berdiri dan
berteriak,"Hebat, hebat."

Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh
mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat
bermain dengan satu senar. Paganini memberi hormat pada para
penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan
bagian akhir dari lagunya itu.

Dengan mata berbinar dia berteriak, "Peganini dengan satu
senar" Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan
bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton
sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.

Renungan :

Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan
dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, kita seringkali
mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada
senar kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak dapat
ubah.

Apakah anda masih memikirkan senar-senar Anda yang putus
dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya tidak indah
lagi?
Jika demikian, janganlah melihat ke belakang, majulah
terus, mainkan senar satu-satunya itu. Mainkanlah itu dengan
indahnya.

(submitted by R. Erwin, RaymondE@i...)

Kontempelasi 43

Mengapa engkau murung wahai tubuh? Bukankah engkau
semestinya ria di hari jadimu. Bahkan, seperti beberapa
selebritis yang menjadi milyarder berkat booming pertelevisian
sehingga merayakan ulang tahunnya dengan pesta seharga semiliar,
bukankah engkau layak meneguk air kebahagiaan? Maka berdandanlah,
wahai wajah, agar berseri-seri di hari jadi.

Bukankah adat dunia menempatkan hari jadi sebagai momen sejarah yang
penting. Ini karena ulang tahun, seperti lazimnya kutur Barat, menjadi
momentum menghitung marka kejayaan. Mutu kehidupan diperingkatkan
berdasarkan pencapaian kebendaan: pangkat dan harta kekayaan.
Adakah engkau tubuh yang berulangtahun murung karena tak memiliki
marka kejayaan?

Bukan itu penyebabnya, sahut tubuh yang lesu. Ini karena di usia 40-an
sebagai fase kejayaan pada kultur Barat aku telah mengumpulkan sejumlah
kemapanan: rumah dan perangkat mebelnya, kendaraan pribadi,
serta pekerjaan yang mapan. Semua itu sesungguhnya belenggu duniawi
yang (dapat) membuat seseorang semakin terikat pada kehidupan dunia.
Maka, seperti Sidharta Gautama, aku tersadar dari sihir dunia.

Bukankah Sidharta meninggalkan kemewahan istana,
untuk menjalani penderitaan demi penderitaan, dalam pencaharian
makna hakiki kehidupan? Seperti Sidharta, aku pun meninggalkan
marka kejayaan, lalu berkemas-kemas memulai hidup baru.
Di saat berpisah dengan kebendaan yang kumiliki,
aku belajar merasakan ikhlas (bukan memahami seperti kebanyakan
orang yang hanya pandai mengucapkannya).
Bukankah maqam ikhlas hanya tercapai ketika tumbuh rasa sedia tak
memiliki ketika benda dimiliki diserahkan pada orang lain untuk
digunakan?

Benda-benda menjadi sesuatu yang semu sehingga tak usah
mengikatkan diri padanya. Bukankah sejatinya kita adalah pejalan
mencari kehakikian. Tapi, mengapa engkau murung ketika
ketuaan memagutmu? Di usia ke-43, sahut tubuh yang lesu,
aku justeru kian menyadari begitu lama terpedaya pada hitungan
waktu berdasarkan pengetahuan Barat: menghitung marka kejayaan
berdasarkan pencapaian bendawi. kita seringkali terpedaya kultur Barat,
berkait dengan hakikat waktu. Akibatnya, kita berpikir dan berperilaku
sesuai kultur Barat, menghimpun banyak kata memiliki dalam simbol
kebendaan sembari merasa selamanya di bumi.

Maka, wahai tubuh yang berhari jadi, engkau pun murung di hari
ulangtahunmu. Kemurunganmu karena Allah telah menetapkan hanya
sebentar saja di bumi sementara engkau belum banyak memenuhi
janji pada-Nya. Ulang tahun mengingatkanmu terhadap pesan Tuhan
bahwa hanya sebentar di bumi. Bukankah tahun yang berulang
sejatinya proses waktu yang menggiringmu kembali kepada-Nya?
(R.harahap - republika)

Ibunda, Kenapa Engkau Menangis?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada
ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab,
"Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum
dan memeluknya erat. "Nak, kamu memang tak akan
pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya.
"Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis
tanpa ada sebab yang jelas?" Sang ayah menjawab,
"Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan".
Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap
bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan.
"Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita,
Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya,
agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya,
walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan
lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan
mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula,
ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan,
pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya,
walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk
mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam
situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai
perasaannya, melukai hatinya.

Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada
bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah
yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut
olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui
masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab,
bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan
jantung agar tak terkoyak?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk
memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik
adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali
pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang
diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling
melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan
perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar
dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan
yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah
air mata kehidupan".

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih
hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.