Friday, March 2, 2007

Cinta Dan Waktu

Tersebutlah, di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam
benda-benda abstrak. Ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan dan
sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik.
Namun suatu ketika, datang badai menghempas dan air laut tiba-tiba naik
dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat
berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak
mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari
pertolongan. Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta.

Tak lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta.

"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, "perahuku telah penuh dengan
harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini
tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini."

Lalu Kakayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi.
Cinta sedih sekali, namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat
dengan perahunya. "Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta.
Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu
sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang. Ia kian panik.
Tak lama lewatlah Kecantikan. "Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!",
teriak Cinta.

"Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut.
Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini," sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak.
Saat itu lewatlah Kesedihan. "Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,"
kata Cinta.

"Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..."
kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan
menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara,
"Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!"

Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan
perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air
menenggelamkannya. Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan
Cinta dan segera pergi lagi.

Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui
siapa orang tua yang menyelamatkannya itu.
Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu,
siapa sebenarnya lelaki tua tadi.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.

"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya.
Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku"
tanya Cinta heran.

"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktu-lah yang tahu berapa nilai
sesungguhnya dari Cinta itu ..." (suaramerdeka)

No comments: